Pertanian Wonosobo: Pesona Lahan Subur di Jantung Jawa Tengah

Pertanian5 Views

WARTATANIWONOSOBO.COM – Terletak di antara gunung-gunung vulkanik Sumbing dan Sindoro, serta dihiasi keindahan Dataran Tinggi Dieng, Kabupaten Wonosobo adalah permata pertanian di Provinsi Jawa Tengah. Dengan tanah vulkanik yang subur dan iklim sejuk, Wonosobo menawarkan potensi luar biasa untuk pertanian berkelanjutan yang tidak hanya mendukung ketahanan pangan, tetapi juga menjadi daya tarik agrowisata yang memikat. Mari kita jelajahi keajaiban sektor pertanian di Wonosobo dengan data terbaru yang menggugah!

Fondasi Ekonomi: Pertanian sebagai Tulang Punggung

Sektor pertanian adalah jantung perekonomian Wonosobo. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Wonosobo, pada tahun 2022, sektor pertanian menyumbang 29,6% terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) kabupaten ini, menjadikannya kontributor terbesar. Pertumbuhan ekonomi sektor pertanian juga menunjukkan tren positif, meningkat dari 1,51% pada 2021 menjadi 2,21% pada 2023, menandakan potensi yang terus berkembang.

Di tahun 2023, Sensus Pertanian yang dilakukan BPS mencatat 142.977 unit usaha pertanian di Wonosobo, dengan 146.402 Usaha Pertanian Perorangan (UTP) yang mendominasi, naik 2,67% dibandingkan sensus sebelumnya pada 2013. Menariknya, 49,57% dari petani di Wonosobo adalah petani milenial (berusia 19-39 tahun), sebanyak 72.567 orang, menunjukkan regenerasi yang kuat di sektor ini.

Komoditas Unggulan: Kentang, Kubis, dan Lebih Banyak Lagi

Wonosobo dikenal sebagai lumbung sayuran berkualitas tinggi, terutama kentang, kubis, dan daun bawang. Data Statistik Pertanian Hortikultura BPS tahun 2020 menunjukkan bahwa produksi tanaman kubis mencapai 586.238 kuintal, menempati posisi teratas, diikuti oleh kentang dengan 533.822 kuintal, dan daun bawang dengan 360.826 kuintal. Kentang dari Dataran Tinggi Dieng, khususnya, terkenal akan kualitasnya yang prima, menjadikannya komoditas unggulan yang mendukung perekonomian lokal dan ketahanan pangan nasional.

Selain sayuran, Wonosobo juga memiliki potensi di subsektor lain seperti perkebunan, peternakan, dan perikanan. Sensus Pertanian 2023 mencakup tujuh subsektor, termasuk tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, peternakan, kehutanan, perikanan, dan jasa pertanian, menunjukkan keberagaman aktivitas pertanian di wilayah ini.

Tantangan dan Solusi: Menuju Pertanian Berkelanjutan

Meski subur, Wonosobo menghadapi tantangan serius dalam menjaga keberlanjutan pertanian. Penelitian oleh Budiarto (2022) mengungkapkan bahwa kerusakan tanah meningkat sekitar 15% dalam satu dekade terakhir akibat praktik pertanian yang tidak berkelanjutan, seperti penggunaan pupuk kimia berlebihan dan penebangan hutan sembarangan. Hal ini meningkatkan risiko bencana alam seperti longsor dan banjir, yang dapat mengancam produktivitas lahan.

Namun, langkah-langkah inovatif mulai diambil. Salah satunya adalah branding “Pesona Wonosobo”, yang mengintegrasikan keindahan alam, pertanian berkelanjutan, dan agrowisata. Dengan pertumbuhan kunjungan wisatawan sebesar 30% per tahun (data Dinas Pariwisata Wonosobo 2023), agrowisata menjadi peluang emas untuk mempromosikan produk pertanian lokal sembari mengedukasi masyarakat tentang pentingnya praktik pertanian ramah lingkungan.

Program seperti penanaman jagung serentak yang didukung Perum Perhutani pada Juli 2025 juga menunjukkan komitmen untuk mendukung swasembada pangan nasional. Kegiatan ini, yang berlangsung di Wonosobo, menjadi bukti kolaborasi antara pemerintah, swasta, dan masyarakat dalam memperkuat sektor pertanian.

Data Sensus Pertanian 2023 menunjukkan bahwa pertanian di Wonosobo bukan sekadar angka, melainkan fondasi untuk transformasi menuju Indonesia Emas 2045. Dengan kebijakan yang tepat, seperti rehabilitasi lahan dan promosi praktik pertanian berkelanjutan, Wonosobo dapat terus menjadi pusat pertanian yang produktif sekaligus ramah lingkungan. (*)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *